Pemberontakan Jacobite 1715-1716: Peristiwa “Lima belas”

Pemberontakan Jacobite 1715-1716, yang juga dikenal sebagai "Lima belas," merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Inggris dan Skotlandia yang menunjukkan ketegangan politik dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Hanover. Pemberontakan ini bermaksud mengembalikan garis keturunan Stuart ke tahta Inggris dan Skotlandia, dan menjadi bagian dari rangkaian perjuangan panjang Jacobit yang berlangsung selama beberapa dekade. Peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas politik di kawasan tersebut dan mencerminkan konflik antara pendukung monarki lama dan kebijakan baru yang diterapkan oleh pemerintahan Inggris saat itu.

Latar Belakang dan Pemicu Pemberontakan Jacobite 1715-1716

Latar belakang pemberontakan ini bermula dari ketidakpuasan terhadap penunjukan Raja George I dari Dinasti Hanover sebagai raja Inggris setelah kematian Ratu Anne. Banyak pendukung garis keturunan Stuart, terutama di Skotlandia dan bagian utara Inggris, merasa bahwa mereka berhak atas tahta berdasarkan garis keturunan mereka. Pemicu utama dari pemberontakan ini adalah ketidakpuasan terhadap kebijakan politik dan ekonomi pemerintahan Hanover, serta keinginan untuk mengembalikan monarki Stuart yang dianggap lebih legitim dan sesuai dengan tradisi kerajaan Inggris dan Skotlandia. Selain itu, ketegangan agama dan budaya antara pendukung Katolik dan Protestan turut memperkuat motivasi para pemberontak untuk menghidupkan kembali perjuangan mereka.

Perkembangan dan Dampak Pemberontakan Jacobite "Lima belas"

Perkembangan pemberontakan ini dimulai dengan upaya pasukan Jacobite untuk merebut kekuasaan dan mengembalikan James Francis Edward Stuart, putra James II, ke tahta. Meskipun sempat mendapatkan dukungan dari sejumlah pasukan dan wilayah tertentu, pemberontakan ini akhirnya gagal dalam mencapai keberhasilan yang signifikan. Pertempuran utama terjadi di berbagai lokasi, termasuk di Skotlandia, tetapi kekuatan pemberontak tidak mampu mengatasi pertahanan pasukan pemerintah yang didukung oleh kekuatan Inggris dan sekutu mereka. Dampak dari pemberontakan ini meliputi penguatan tindakan pemerintah untuk menekan gerakan Jacobite dan memperketat kontrol politik serta agama di wilayah tersebut. Selain itu, pemberontakan ini menandai salah satu episode terakhir dari perjuangan panjang Jacobite untuk merebut kembali tahta yang mereka anggap sah, dan menimbulkan ketegangan yang berlanjut hingga beberapa dekade kemudian.